Notification

×

Iklan

Iklan

Empat Rumah Di Desa Nanggerang Nyaris Ambruk

Jumat, 02 Maret 2018 | Maret 02, 2018 WIB | 0 Views Last Updated 2024-01-22T10:56:56Z

Sukabumi, suakaindonesia.com - Kasi Kesra Desa Nanggerang Abdul Sukur dan Babinsa Desa Nanggerang Anwas bergegas menuju Kp Kebon Kawung RT 3 RW 4. Keduanya mendapatkan dapur rumah Aminah telah ambruk. Mereka bergegas lagi menuju Kp Sindang Sari RT 2 RW 5 mendapatkan empat rumah nyaris ambruk

Abdul Sukur dan Serma Anwas mendapatkan dapur rumah Aminah nyaris rata dengan tanah. Dapur yang telah termakan usia tak mampu lagi menahan derasnya air hujan. Selepas mengevakuasi berbagai perabot rumah tangga yang bisa diselamatkan keduanya bergegas ke Kp Sindang Sari mendapatkan empat rumah warga retak dan nyaris ambruk

Ketua RT 2 RW 5 Kp Sindang Sari, Suryadi mengatakan selepas hujan warganya kaget melihat dapur rumahnya bergetar menimbulkan keretakan dibeberapa bagiannya. Khawatir rumahnya ambruk ke empat warga yang terdiri dari Komar (52), Atang (40), Ukat (47) dan Apad (37) mengosongkan dapurnya. Mereka khawatir tidak hanya dapur yang ambruk tapi juga rumah mereka.

"Warga kami setiap hujan makin khawatir. Sebab tanah bagian belakang kian labil akibat hujan." Kata Suryadi

Kasi Kesejahteraan Masyarakat Desa Nanggerang Abdul Sukur yang akrab disapa Empuy mengatakan selain kondisi rumah Aminah sudah tua juga akibat guyuran hujan sehingga dapur rumah Aminah ambruk

Sementara empat rumah warga Kp Sindang Sari lokasinya tidak jauh dari bibir tebing sedalam sekitar empat puluh meter. Ketika musim hujan tanah menjadi lembab hingga terjadi pergeseran. Sebab aliran air hujan mengalir kebelakang rumah mereka. Akibatnya beberapa rumah retak terkena dampak tersebut. Abdul Sukur mengakui warganya khawatir akan terjadi longsor

"Kejadian ini akan kami laporkan ke Kades Nanggerang untuk diambil langkah untuk membantu warga." Kata Abdul Sukur

Dari pengamatan media ini warga Kp Sindang Resmi resah lantaran berada tidak jauh dari di bibir tebing sedalam kurang lebih empat puluh meter. Mereka yang menetap tidak memiliki pilihan akibat tidak memiliki tanah untuk dibangun rumah di tempat lebih nyaman. Apalagi mereka hidup dari hasil bertani sehingga sulit direlokasi.

Reporter : Wahid/Herwanto
×
Berita Terbaru Update